Penanggulangan HIV masih lemah di hulu

Surabaya - KoPi | Ahli epidemologi RS Khusus Infeksi Universitas Airlangga dr. Prijono Satya Bakti mengakui, pemberantasan HIV di Indonesia memang lemah di bagian hulu. Sehingga kerusakan banyak terjadi di bagian hilir.
"Masalahnya bukan di PSK-nya, tapi di prostitusinya. Sekarang orang pesan PSK lewat telepon, lewat internet. Kalau seperti itu kan jadinya terselubung, tidak bisa kita ketahui resikonya," jelasnya.
Sampai sekarang memang belum ada penelitian mengenai dampak penutupan lokalisasi. Namun penutupan lokalisasi memang membuat pengumpulan data menjadi lebih sulit.
"Ya, pada prinsipnya siapa sih yang suka lokalisasi? Kalau kita mau beli rumah, kan tidak ada yang mau beli rumah di kawasan lokalisasi, walaupun murah sekali. Karena itu, lokalisasi boleh dibubarkan, tapi bagaimana mengatasi masalah pasca pembubaran itu. Jangan dibubarkan, lalu selesai begitu saja," ujar Prijono.
Prijono menjelaskan, di Jawa Timur selama ini penderita HIV dari kalangan ibu rumah tangga lebih besar daripada jumlah pasien HIV dari kalangan PSK. Itu terjadi lantaran suami-suami mereka melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan PSK. Akibatnya, istri dan anak mereka turut menjadi korban.
Diakui, saat ini stigma terhadap penderita HIV/AIDS memang jauh lebih baik dibanding ketika awal tahun 1990-an. Menurut Prijono, peran media sangat besar dalam mengubah pandangan masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS.
"Kalau dulu, ada pasien HIV/AIDS meninggal, melayat saja takut, memandikan jenazah juga taku. Sekarang sudah tidak lagi. Sosialisasi dan peran media membuat stigma tersebut sangat berkurang," terangnya.
Related items
- Kopi Darat Nasional (KopdarNas) V Pajero Indonesia ONE di Surabaya
- Kemenkes RI, MTCC UMY bersama Aliansi Bupati/Walikota Peduli KTR Temui Walikota Pekalongan
- Cochrane Indonesia meningkatkan penggunaan informasi medis terpercaya
- Sekdaprov Jatim ajak Kab/Kota ciptakan Skema Pembiayaan Terintegrasi
- Mendikbub belum berlakukan UN model esai